Cinta memang membutuhkan pengorbanan tapi jangan menjadi korban

Sabtu, 03 November 2012

Ciri Suami Yang Baik



Karena Tidak ada pilihan lain bagi seorang suami kecuali berusaha membahagiakan istrinya, memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Memuliakan kehadirannya, tidak menyepelekannya. Bahkan Nabi menggunakan ukuran rendah dan mulianya seorang laki-laki itu diukur dengan sikapnya kepada istrinya. Beliau bersabda :

"Orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku ini yang paling baik di antara kamu kepada keluarga. Tidak memuliakan kepada wanita kecuali laki-laki yang mulia, tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga" (HR. Ibnu Asakir)

Kemuliaan seorang laki-laki tidak diukur dengan tingginya pendidikan atau besarnya penghasilan atau birunya darah keturunan atau besarnya kekuasaan. Nabi membuat ukuran yang konkret dan sederhana yaitu sikapnya kepada istrinya. Jika ia dapat memuliakan istrinya, maka pada dasarnya memang dia laki-laki yang mulia. Sebaliknya, jika dia merendahkan istrinya, maka pada dasarnya dia memang laki-laki yang rendah. Walaupun pendidikan tinggi, walaupun keturunan orang terpandang, tetapi jika ia merendahkan istrinya, maka ia menjadi laki-laki yang rendah. Sesungguhnya yang tahu benar tentang seorang suami adalah istrinya. Orang luar hanya tahu bagian luar tetapi istri tahu tentang suaminya luar dalam. Watak yang disembunyikan di depan umum sering kali hanya istrinya yang tahu. Ketika Siti Aisyah ditanya tentang prilaku Nabi, maka Aisyah melukiskan dengan kalimat pendek yang sangat padat : "Semua perilakunya menakjubkan".

Itulah teladan yang diberikan Rasulullah. Beliau selalu bersifat lembut kepada istrinya. Lembut dalam ucapan dan lembut dalam pergaulan. Beliau sangat memuliakan istrinya karena beliau memang laki-laki mulia. Nilai seorang laki-laki ditentukan oleh sikapnya kepada istrinya. Jika ia menghormati istrinya, maka ia merupakan laki-laki terhormat.

Salah satu budaya rendah yang terjadi pada zaman jahiliyah adalah pandangan mereka yang merendahkan kaum perempuan, termasuk kepada istri. Seorang istri bukan hanya menjadi warga negara kelas dua, tetapi juga diperlakukan seperti barang. Nanti jika mereka meninggal, maka anak-anak mereka menjadi ahli waris dapat mewarisi para wanita itu menjadi istri. Jadi yang semula menjadi ibu tiri bisa menjadi istri karena memperoleh warisan dari bapaknya. Sungguh budaya yang sangat rendah. Naudzubillah min Dzalik

1 komentar: