Cinta memang membutuhkan pengorbanan tapi jangan menjadi korban

Rabu, 25 Juli 2012

Katazukeru (Bertanggung Jawab)

dalam bahasa Jepang, Katazukeru artinya beres-beres atau bertanggung jawab. bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya dan apa yang telah ia lalui. jangan heran bila di Jepang banyak terjadi Harakiri (bunuh diri dengan cara menusuk perutnya atau lainnya). karena mereka mempunyai rasa bertanggung jawab yang telah ditanamkan sejak kecil.

Bertanggung jawab adalah variabel super yang hanya dimiliki oleh orang-orang super. siapa yang membawa kertas koran pada saat shalat Id di lapangan, siapa pula yang mengambilnya? siapa yang memasang spanduk-spanduk di atas jalan, siapa pula yang mengambilnya? beranikah diri kita membawa kertas koran bekas yang berceceran di lapangan sebagai rasa bertanggung jawab atau beranikah kita mengambil spanduk-spanduk yang telah kita pasang yang mana masa vberlakunya sudah habis dan telah mengotori pemandangan kota, atau malah kita vmengingkari tanggung jawab dengan mengatakan, "Biarkan saja. Toh nanti ada orang yang akan mengambilnya dan akan bersih dengan sendirinya." Naudzubillah min dzalik.

contohnya yang ada di Jepang, pukul dua pagi seorang menteri Jepang mengundurkan diri, pukul tujuh pagi penggantinya sudah siap duduk untuk melanjutkan. semua arsip yang kemarin telah ditinggalkan oleh menteri yang lama sudah siap untuk diteruskan dengan disposisi melalui peralihan oleh menteri yang baru dengan tidak melalui proses penyesuaian. Tidak ada istilah 100 hari pertama, 40 hari pertama. dan lain-lain yang menunjukkkan bahwa kalo ada pergantian selalu ada penyesuaian, rugi energy dan time delay. Pada sistem yang tua pengalaman semestinya semua harus sudah berjalan seperti memindah roda gigi dua ke roda gigi tiga, tinggal tancap gas, going well, dan sudah tidak menoleh ke kanan dan kiri.

banyak oramg meninggalkan dapur dan lupa mematikan kompornya, banyak institusi yang gagal dalam meneruskan pengkaderannya karena tidak sukses dalam mengatasi waktu peralihan. pergantian kepemimpinan harus menyesuaikan diri selama berbulan-bulan sehingga kerugian tenaga, pikiran, waktu, dan material sulit untuk dihindarkan, atau bahkan banyak yang 4 tahun masa kepemimpinannya hanya digunakan untk menyesuaikan diri. Dia baru berjanji untuk lebih baik dalam prestasinya kalo dipilih lagi di periode yang kedua.

dari kisah di atas, haruskah kita para penerus bangsa terus-menerus mengikuti jejak petinggi kita?? jadilah seorang Pemimpin, jangan jadi seorang Pemerintah. lebih baik kita langsung turun dan mengetahui pokok permasalahan, bukan kita hanya menunggu bawahan memberi informasi, karena informasi yang didapat kadang tidak sesuai dengan kejadiannya.

SEMANGAT PARA PEMUDA-PEMUDI

0 komentar:

Posting Komentar