Cinta memang membutuhkan pengorbanan tapi jangan menjadi korban

Minggu, 18 Maret 2012

Perlukah Pendidikan Agama di luar Sekolah?

seperti yang kita lihat, betapa banyak anak-anak sekarang menikah sebelum mereka selesai dalam jenjang pendidikan. bahkan ada yang hamil di luar nikah karena mereka merasa saling menyayangi dan mencintai. padahal itu semua hanya bualan belaka agar orang tersebut dapat menyalurkan biologisnya secara cuma-cuma (tanpa membayar, cuma dengan kata-kata cinta). 


tidak heran bahwa di Indonesia merupakan negara terbesar dalam hal pengakses situs porno. mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. apakah pendidikan agama yang selama ini mereka pelajari hanya menancap pada otak tetapi tidak meresap di hati mereka?




foto di atas merupakan salah satu contoh betapa tidak berartinya pendidikan agama yang tidak membekas dibenak mereka. padahal mereka masih sekolah dengan pendidikan SD, masa-masa pembentukan karakter manusia untuk masa depannya. 

dalam hadits tertera: "uthlubil ilma minal mahdi ilal lahdi (tuntutlah ilmu sejak lahir hingga liang lahat)". makna dari hadits tersebut sangat luas. mulai dari tuntutan seorang manusia akan mempelajari ilmunya. setelah itu dilanjutkan dengan kata mutiara "al-ilmu bi la 'amalin kas syajari bi la tsamarin (ilmu yang tidak diamalkan, bagaikan pohon yang tidak berbuah)". jika kita mengulas balik dari kata mutiara tersebut sangat jelas, bagaimana mereka akan mengamalkan ilmunya, sedangkan mereka saja tidak dapat meresap beberapa ilmu terutama ilmu agama.

dalam surat al-hajj ayat 41: 

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ(41)1

"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ". (QS. 22:47).
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawakkal pada Allah.

melihat ayat di atas, bagaimana mereka bisa menegakkan kebenaran seandainya mereka sejak kecil saja sudah merokok. jika kita menyalahkan orang tua dan lingkungan, memang benar mereka yang bersalah karena tidak menerapkan ilmu agama yang kuat kepada anak-anak mereka. padahal pendidikan di sekolah hanya 30% dan pendidikan di luar sekolah (orang tua & lingkungan) sebesar 70%.

dalam surat al-luqman ayat 13, tentang pendidikan orang tua kepada anak: 

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran sebagai berikut:
1. Orang tua wajib memberi pendidikan kepada anak-anaknya.
2. Prioritas pertama adalah penanaman akidah, pendidikan akidah diutamakan sebagai kerangka dasar/landasan dalam membentuk pribadi anak yang soleh (Kompetensi Profesional).
3. Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang, sesuai makna seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayyaa” (Wahai anak-anakku), seruan tersebut menyiratkan muatan kasih sayang/sentuhan kelembutan dan kemesraan, tetapi dalam koridor ketegasan dan kedisplinan, bukan berarti mendidik dengan keras. (Kompetensi Personal).


semoga anak-anak kita kelak benar-benar bisa menjadi pondasi agama Islam, ketika mereka semua hanya menjadi pengikut (plagiatisme) agama. Amiin

0 komentar:

Posting Komentar